Senin, 19 Desember 2011

impaksi gigi


Impaksi : impaksi gigi adalah gigi yg mengalami kesukaran/kegagalan bertumbuh normal pada lengkung rahang, yang disebabkan oleh posisi yang salah, kekurangan tempat atau dihalang-halangi oleh gigi lain, tertutup tulang yang tebal dan atau jaringan lunak disekitarnya
Defenisi dan istilah lain :
Impacted teeth : gigi yg tidak keluar karena terhalang oleh gigi sampingnya atau tulang
Malposed : gigi erupsi tidak pada tempatnya
Unerupted : gigi yg tidak erupsi pada waktunya
Eruptiodificilis: gigi yg impaksi disertai dengan keradangan disekitarnya
Impacteed teeth: retained teeth ; gigi yg terletak salah satu termasuk yg tidak erupsi, baik erupsi sebagian maupun total.
Definisi :
Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya terhalang atau terhambat, biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal didalam deretan susunan gigi geligi lain yang sudah erupsi.
Gigi yang sering mengalami impaksi : M3 (wisdom teeth), P1, P2, dan C.
Etiologi :
A. Kausa Lokal
1.        Abnormalnya posisi gigi
2.        Tekanan dari gigi tetangga pada gigi tersebut
3.        Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
4.        Kekurangan tempat untuk gigi tersebut bererupsi
5.        Persistensi gigi susu
6.        Pencabutan prematur pada gigi susu
7.        Inflamasi kronis penyebab penebalan mukosa disekitar gigi
8.        Penyakit yang menimbulkan nekrosis tulang karena inflamasi atau abses
9.        Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada anak-anak

Keluhan atau komplikasi yg dpt ditimbulkan oleh gigi impaksi, diantaranya :
  • Infeksi dapat berupa : pericoronitis, abses alveolaris akut/kronik, osteitis supuratif kronis, Nekrosis dan osteomielitis
  • Resorbsi patologis gigi tetangga
  • Kista
  • Tumor
  • Rasa sakit
  • Fraktur rahang
  • Trismus
  • Tonsilitis
  • Nafas berbau
  • Lidah berselaput
  • Badan rasa tidak enak
  • Tinnitus aurius
  • Otitis
  • Gangguan pada mata
Frekuensi/ insiden gigi yang paling banyak mengalami impaksi :
  • Geraham belakang nomor 3 (M3) atas menurut literatur (orang barat)
  • Geraham belakang nomor 3 (M3) bawah (orang indonesia)
  • Gigi taring atas (C) (wanita bag.kanan)
  • Geraham depan pertama (P1) atas dan bawah
  • Gigi taring (C) bawah
  • Gigi seri pertama (I1) atas
  • Gigi seri kedua (I2) atas
Etiologi / Penyebab / Kausanya
Secara umum, tulang maksilla dan mandibula terlalu kecil sehingga tempat untuk M3 sangat kurang atau tidak ada sama sekali.
Prediksi faktor lainnya :
  • Gigi yang berjejal
  • Kepadatan tulang (compacta)
  • Radang kronis
  • Prematur ekstraksi
  • Gigi sulung yang tanggalnya terlalu lama
  • Perubahan tulang akibat penyakit sistemik waktu anak-anak
  • Infeksi atau abses
  • Keturunan
  • Dan lain-lain
1.   KLASIFIKASI IMPAKSI M3 RB
®      Winter (1926)
–        Vertikal                       - Mesioangular
–        Horizontal                   - Distoangular
–        Inverted                       - Buccoangular
–        Unusual                      - Linguoangular
®      Pell & Gregory (1933)
–        Berdasarkan ruang antara ramus dan sisi distal M2 : à 3 klas
·        Klas I à ruang cukup
·        Klas II à ruang <
·        Klas III à tdk ada ruang/M3 dalam ramus mandibula
®      Kedalaman relatif M3 dalam rahang :
–        Posisi A à sama/di atas garis oklusal
–        Posisi B à di atas garis servikal
–        Posisi C à di bawah servikal
®      Posisi sumbu panjang M3 thd M2 = Winter
®      Posisi simultan : buccoversi, linguoversi, torsoversi, unusual
®      Archer (1975) à gabungan I & II
®      Wright (1985) à btk akar gigi :
–        Akar lurus terpisah atau fusi
–        Akar bengkok ke distal/mesial
–        Kombinasi
2.   KLASIFIKASI IMPAKSI M3RA
®      Berdasarkan kedalaman gigi
–        Kl. A
–        Kl. B
–        Kl. C
®      Berdasarkan perbandingan kedudukan sumbu  panjang M3 Rahang Atas terhadap  sumbu panjang M2 Rahang Atas :
–        Klas A : Vertikal 
–        Klas B : Horizontal
–        Klas C : Mesioangular
–        Klas D : Distoangular
–        Klas E : Inverted
–        Klas F : Buccoangular
–        Klas G : Linguo/palatoangular
Read More
®      dapat diikuti : buccalversion, palatalversion & torsoversion
®      Berdasarkan letak M3 Rahang Atas terhadap sinus  maxillaris
–        Klas A : Sinus approximation (SA) à tipis/(-)
–        Klas B : No sinus approximation (NSA) à > 2 mm
3.   KLASIFIKASI IMPAKSI Caninus Rahang Atas
®      Klas I : Impaksi  Caninus Rahang Atas di palatum
–        Horisontal
–        Vertikal
–        Semi vertikal
®      Klas II : Impaksi  Caninus Rahang Atas  di permukaan labial/buccal à horisontal, vertical,  semivertikal
®      Klas III : Impaksi  Caninus Rahang Atas  terletak baik di palatal dan labial/buccal
®      Klas IV : Impaksi  Caninus Rahang Atas  di processua  alveolaris à vertikal diantara I2 & P1RA
®      Klas V : Impaksi  Caninus Rahang Atas  di edentulous maxilla

Leher kaku berat: Sebuah leher kaku dan sakit sangat menyakitkan yang sulit untuk bergerak, adalah keluhan yang berulang. But, in contrast to the stiff neck that can accompany other neurological illnesses like meningitis, there is no sign of infection or other abnormal findings when cerebrospinal fluid is examined. Namun, kontras dengan leher kaku yang dapat menyertai penyakit neurologis lainnya seperti meningitis, tidak ada tanda-tanda infeksi atau temuan abnormal lain ketika cairan cerebrospinal diperiksa. Some researchers speculate that the reason for the stiff neck may be due to high intracranial pressure transmitted from the head down the spinal subarachnoid space. Beberapa peneliti berspekulasi bahwa alasan untuk leher kaku mungkin karena tekanan intrakranial tinggi ditransmisikan dari kepala ke bawah tulang belakang ruang subarachnoid. This may cause the spinal nerve sheaths (which cover the spinal nerves and are located at the back of the head and in the neck) to stretch at the point where the spinal nerves exit the spinal cord and enter muscle tissue. Hal ini dapat menyebabkan selubung syaraf tulang belakang (yang menutupi saraf tulang belakang dan terletak di bagian belakang kepala dan leher) untuk meregangkan pada titik di mana saraf tulang belakang keluar dari sumsum tulang belakang dan memasuki jaringan otot.
Abses periapikal adalah kumpulan pus yang terlokalisir dibatasi oleh jaringan tulang yang disebabkan oleh infeksi dari pulpa dan atau periodontal. Abses periapikal umumnya berasal dari nekrosis jaringan pulpa. Jaringan yang terinfeksi menyebabkan sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah memfagosit bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini maka jaringan sekitarnya akan terdorong dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam maka infeksi bisa menyebar tergantung kepada lokasi abses.
Gambaran radiologis
Pada pemerikasaan rontgen akan tampak gambaran radiolusen berbatas difus di periapikal.
Terapi
Terapi yang dilakukan adalah insisi, drainase dan pemberian antibiotik

Ditandai dengan adanya pelebaran membran periodontal di daerah periapikal sebagai akibat dari suatu peradangan. Dalam waktu singkat dapat juga menyebabkan demineralisasi dari tulang alveolar dan sekitarnya sehingga terlihat gambaran radiolusen yang meluas disekitar apeks dengan batas yang difus.
Lamina dura di daerah apeks gigi terputus. Terlihat adanya pelebaran membran periodontal

Gambaran radiografi  memperlihatkan kerusakan tulang yang jelas meliputi sepanjang permukaan akar gigi sehingga membran periodontalnya sukar untuk dibedakan lagi.

apabila abses ini cukup lama maka akan terlihat adanya residual dari ujung apeks gigi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar